Musnad Syafi’i 1464
مسند الشافعي 1464: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ رَضَاعَةَ الْكَبِيرِ، فَقَالَ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ أَبَا حُذَيْفَةَ بْنَ عُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ، وَكَانَ، مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَانَ شَهِدَ بَدْرًا، وَكَانَ قَدْ تَبَنَّى سَالِمًا الَّذِي يُقَالُ لَهُ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ كَمَا تَبَنَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ، وَأَنْكَحَ أَبُو حُذَيْفَةَ سَالِمًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ ابْنُهُ، فَأَنْكَحَهُ بِنْتَ أَخِيهِ فَاطِمَةَ بِنْتَ الْوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ، وَهِيَ يَوْمَئِذٍ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الْأُوَلِ، وَهِيَ يَوْمَئِذٍ مِنْ أَفْضَلِ أَيَامَى قُرَيْشٍ، فَلَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ فِي زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ مَا أَنْزَلَ فَقَالَ: {ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ، فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ} [الْأَحْزَاب: 5] رَدَّ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْ أُولَئِكِ مَنْ تَبَنَّى إِلَى أَبِيهِ، فَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ أَبَاهُ رَدَّهُ إِلَى الْمَوَالِي، فَجَاءَتْ سَهْلَةُ بِنْتُ سُهَيْلٍ، وَهِيَ امْرَأَةُ أَبِي حُذَيْفَةَ، وَهِيَ مِنْ بَنِي عَامِرِ بْنِ لُؤَيٍّ، إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كُنَّا نَرَى سَالِمًا وَلَدًا، وَكَانَ يَدْخُلُ عَلَيَّ وَأَنَا فُضُلٌ، وَلَيْسَ لَنَا إِلَّا بَيْتٌ وَاحِدٌ، فَمَاذَا تَرَى فِي شَأْنِهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا بَلَغَنَا: «أَرْضِعِيهِ خَمْسَ رَضَعَاتٍ فَيَحْرُمُ بِلَبَنِهَا» . فَفَعَلَتْ، وَكَانَتْ تَرَاهُ ابْنًا مِنَ الرَّضَاعَةِ، فَأَخَذَتْ بِذَلِكَ عَائِشَةُ فِيمَنْ كَانَتْ تُحِبُّ أَنْ يَدْخُلَ عَلَيْهَا مِنَ الرِّجَالِ، فَكَانَتْ تَأْمُرُ أُخْتَهَا أُمَّ كُلْثُومٍ وَبَنَاتِ أُخْتِهَا يُرْضِعْنَ لَهَا مَنْ أَحَبَّتْ أَنْ يَدْخُلَ عَلَيْهَا مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ، وَأَبَى سَائِرُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَدْخُلَ عَلَيْهِنَّ بِتِلْكَ الرَّضَاعَةِ أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ، وَقُلْنَ: مَا نَرَى الَّذِي أَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَهْلَةَ بِنْتَ سُهَيْلٍ إِلَّا رُخْصَةً فِي سَالِمٍ وَحْدَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. لَا يَدْخُلُ عَلَيْنَا بِهَذِهِ الرَّضَاعَةِ أَحَدٌ. فَعَلَى هَذَا مِنَ الْخَبَرِ كَانَ أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَضَاعَةِ الْكَبِيرِ
Musnad Syafi’i 1464: Malik menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab bahwa ia pernah ditanya mengenai penyusuan anak yang sudah besar, ia mengatakan: Urwah bin Zubair pernah mengabarkan kepadaku bahwa Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah adalah salah seorang sahabat Rasulullah . Ia ikut dalam perang Badar dan mengambil Salim sebagai anak angkatnya, hingga Salim dikenal dengan sebutan Salim maula Abu Hudzaifah. Perihalnya sama dengan Rasulullah SAW mengambil Zaid bin Haritsah sebagai anak angkatnya. Dan, Abu Hudzaifah menikahkan Salim, sedangkan ia menganggapnya sebagai anak sendiri. Abu Hudzaifah menikahkan Salim dengan keponakan perempuannya, yaitu Fatimah binti Walid bin Utbah bin Rabi’ah. Fatimah pada saat itu termasuk kaum wanita Muhajirin yang pertama, juga merupakan wanita Quraisy yang paling utama. Ketika Allah menurunkam firman-Nya mengenai Zaid bin Harits, yaitu: “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah. Dan jika kalian tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudara seagama dan maula-maula kalian.” (Qs. Al Ahzaab [33]: 5) Maka, tiap-tiap orang dari mereka mengembalikan sebutan anak-anak angkat mereka kepada ayahnya masing-masing. Dan, jika ia tidak mengetahui nama ayah dari anak yang diangkatnya, maka dikembalikan kepada walinya. Kemudian datanglah Sahlah binti Suhail dari kalangan Bani Amir bin Luay, istri Abu Hudzaifah, kepada Rasulullah . Lalu ia berkata kepada Rasulullah , “Wahai Rasulullah, kami menganggap bahwa Salim masih anak-anak, sedangkan dia bebas masuk kepadaku dan aku sendiri orang yang tidak mampu, aku tidak mempunyai kecuali hanya sebuah rumah. Maka, bagaimanakah sebaiknya menurutmu mengenai dia?” Menurut berita yang sampai kepada kami, Nabi SAW bersabda demikian, “Susukanlah dia sebanyak 5 kali menyusu, dia akan menjadi mahram berkat air susu itu.” Maka Sahlah melakukan hal tersebut, sejak saat itu Sahlah menganggap Salim sebagai anak susuannya, dan Aisyah mengambil ketentuan tersebut terhadap kaum lelaki yang ia sukai boleh masuk menemuinya. Dan, ia menganjurkan kepada saudara perempuannya —Ummu Kaltsum— serta anak-anak perempuan saudaranya agar mau menyusukan orang yang disukai untuk masuk menemuinya dari kalangan kaum laki-laki dan kaum wanita, sedangkan para istri Nabi menolak bila seseorang boleh masuk menemui mereka karena faktor menyusukan seperti itu. Mereka berkata, “Kami tidak lain berpandangan terhadap apa yang diperintahkan oleh Rasulullah kepada Sahlah binti Suhail hanyalah rukhshah semata terhadap Salim dari beliau sendiri. Tetapi tidak boleh ada seorang pun masuk menemui kami lantaran penyusuan seperti itu.” Berdasarkan hal tersebut disebutkan di dalam hadis bahwa istri Nabi ada yang melakukan penyusuan terhadap anak yang sudah besar. 694
- Derajat Hadis
- Derajat Hadis Tidak Ditemukan