Musnad Syafi’i 1422
مسند الشافعي 1422: أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، أَخْبَرَهُ أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ حِبَّانُ بْنُ مُنْقِذٍ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهُوَ صَحِيحٌ وَهِيَ تُرْضِعُ ابْنَتَهُ، فَمَكَثَتْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا لَا تَحِيضُ، يَمْنَعُهَا الرَّضَاعُ أَنْ تَحِيضَ، ثُمَّ مَرِضَ حِبَّانُ بَعْدَ أَنْ طَلَّقَهَا بِسَبْعَةِ أَشْهُرٍ أَوْ ثَمَانِيَةٍ، فَقُلْتُ لَهُ: إِنَّ امْرَأَتَكَ تُرِيدُ أَنْ تَرِثَ، فَقَالَ لِأَهْلِهِ: احْمِلُونِي إِلَى عُثْمَانَ، فَحَمَلُوهُ إِلَيْهِ فَذَكَرَ لَهُ شَأْنَ امْرَأَتِهِ، وَعِنْدَهُ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ فَقَالَ لَهُمَا عُثْمَانُ: مَا تَرَيَانِ؟ فَقَالَا: نَرَى أَنَّهَا تَرِثُهُ إِنْ مَاتَ وَيَرِثُهَا إِنْ مَاتَتْ، فَإِنَّهَا لَيْسَتْ مِنَ الْقَوَاعِدِ اللَّاتِي قَدْ يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ، وَلَيْسَتْ مِنَ الْأَبْكَارِ اللَّاتِي لَمْ يَبْلُغْنَ الْمَحِيضَ، ثُمَّ هِيَ عَلَى عِدَّةِ حَيْضِهَا مَا كَانَ مِنْ قَلِيلٍ أَوْ كَثِيرٍ، فَرَجَعَ حِبَّانُ إِلَى أَهْلِهِ فَأَخَذَ ابْنَتَهُ، فَلَمَّا فَقَدَتِ الرَّضَاعَ حَاضَتْ حَيْضَةً، ثُمَّ حَاضَتْ حَيْضَةً أُخْرَى، ثُمَّ تُوُفِّيَ حِبَّانُ قَبْلَ أَنْ تَحِيضَ الثَّالِثَةَ فَاعْتَدَّتْ عِدَّةَ الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا، وَوَرِثَتْهُ قَالَ الْأَصَمُّ: فِي كِتَابِي: حِبَّانُ بِالْبَاءِ
Musnad Syafi’i 1422: Said bin Salim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Abdurrahman bin Abu Bakar yang menceritakan kepadanya: Seorang lelaki dari kalangan Anshar yang dikenal dengan nama Hibban bin Munqidz menceraikan istrinya, sedangkan dia dalam keadaan sehat (tidak sakit) dan istrinya sedang menyusui anak perempuannya. Maka, istrinya tinggal selama 17 bulan tanpa haid karena menyusui anak menghambat haidnya. Kemudian Hibban jatuh sakit setelah menceraikan istrinya, yakni 7 atau 8 bulan kemudian. Maka aku (Abdullah bin Abu Bakar) berkata kepadanya. “Sesungguhnya istrimu bermaksud untuk mewarisi.” Hibban berkata kepada keluarganya, “Bawalah aku kepada Utsman.” Mereka membawanya kepada Utsman, lalu ia menceritakan perihal istrinya itu, sedangkan di sisi Utsman terdapat Ali bin Abu Thalib dan Zaid bin Tsabit. Maka Utsman berkata kepada keduanya, “Bagaimana pendapat kamu berdua?” Keduanya berkata, “Kami berpendapat bahwa wanita itu berhak mewarisinya jika dia (suami) meninggal dunia, dan dia berhak mewarisi istrinya jika istrinya meninggal dunia, mengingat dia bukan termasuk wanita yang terputus dari haid, bukan pula perawan yang belum mencapai usia haid; kemudian dia masih berada dalam iddah haidnya, baik sedikit ataupun banyak.” Maka. Hibban kembali kepada keluarganya dan mengambil anak perempuannya. Setelah wanita itu tidak menyusui lagi, maka ia haid satu kali, kemudian haid lagi, tetapi Hibban meninggal dunia lebih dahulu sebelum ia haid untuk yang ketiga kalinya. Lalu dia melakukan iddah seorang istri yang ditinggal mati suaminya dan mendapatkan warisan dari suaminya. 656 Al Asham berkata, “Dalam kitabku tulisan ‘Hibban’ dengan ba’.”
- Derajat Hadis
- Derajat Hadis Tidak Ditemukan