Skip to main content
Musnad Syafi’i 889

مسند الشافعي 889: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيدِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ: تُوُفِّيَتِ ابْنَةٌ لِعُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ بِمَكَّةَ فَجِئْنَا نَشْهَدُهَا، وَحَضَرَهَا ابْنُ عَبَّاسٍ وَابْنُ عُمَرَ، فَقَالَ: إِنِّي لَجَالِسٌ بَيْنَهُمَا جَلَسْتُ إِلَى أَحَدِهِمَا ثُمَّ جَاءَ الْآخَرُ فَجَلَسَ إِلَيَّ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ لِعَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ: أَلَا تَنْهَى عَنِ الْبُكَاءِ؛ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ» . فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَدْ كَانَ عُمَرُ يَقُولُ بَعْضَ ذَلِكَ، ثُمَّ حَدَّثَ ابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ: صَدَرْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ مِنْ مَكَّةَ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ إِذَا بِرَكْبٍ تَحْتَ ظِلِّ شَجَرَةٍ، قَالَ: اذْهَبْ فَانْظُرْ مَنْ هَؤُلَاءِ الرَّكْبُ، فَذَهَبْتُ فَإِذَا صُهَيْبٌ، قَالَ: ادْعُهُ، فَرَجَعْتُ إِلَى صُهَيْبٍ فَقُلْتُ: ارْتَحِلْ فَالْحَقْ بِأَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ، فَلَمَّا أُصِيبَ عُمَرُ سَمِعْتُ صُهَيْبًا يَبْكِي وَهُوَ يَقُولُ: وَاأُخَيَّاهُ، وَاصَاحِبَاهُ، فَقَالَ عُمَرُ: يَا صُهَيْبُ، أَتَبْكِي عَلَيَّ وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ» . قَالَ: فَلَمَّا مَاتَ عُمَرُ ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعَائِشَةَ فَقَالَتْ: يَرْحَمُ اللَّهُ عُمَرَ، لَا وَاللَّهِ مَا حَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ اللَّهَ يُعَذِّبُ الْمُؤْمِنَ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ، وَلَكِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ يَزِيدُ الْكَافِرَ عَذَابًا بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ» . فَقَالَتْ عَائِشَةُ: حَسْبُكُمُ الْقُرْآنُ: {لَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى} [الْأَنْعَام: 164] وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عِنْدَ ذَلِكَ: وَاللَّهُ أَضْحَكَ وَأَبْكَى. قَالَ ابْنُ أَبِي [ص:183] مُلَيْكَةَ: فَوَاللَّهِ مَا قَالَ ابْنُ عُمَرَ مِنْ شَيْءٍ

Musnad Syafi’i 889: Abdul Majid bin Abdul Aziz mengabarkan kepada kami dan Ibnu Juraij, Ibnu Abu Mulaikah mengabarkan kepadaku: Salah seorang anak perempuan Utsman bin Affan meninggal dunia di Makkah, maka kami datang untuk melayatnya; ikut hadir pula Ibnu Abbas serta Ibnu Umar. Ibnu Abu Mulaikah melanjutkan perkataannya: Sesungguhnya aku duduk di antara keduanya. Pada awal mulanya aku duduk dengan salah seorang dari keduanya, kemudian datang yang lainnya, lalu duduk di sebelahku. Ibnu Umar berkata kepada Amr bin Utsman, “Tidakkah engkau berhenti dari tangismu, karena Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya mayit itu benar-benar disiksa sebab tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya’ ” Maka Ibnu Abbas berkata, “Umar pun pernah mengatakan sebagian dari itu.” Kemudian Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya: Aku berangkat bersama Umar bin Khaththab menuju Makkah. Ketika kami sampai di Al Baida, tiba-tiba kami berjumpa dengan suatu kafilah yang sedang istirahat di bawah naungan sebuah pohon. Lalu Umar berkata, “Pergilah, coba lihat siapakah rombongan kafilah itu!” Maka aku berangkat, dan ternyata aku bertemu dengan Shuhaib. Umar berkata, “Panggillah dia!” Aku kembali ke Shuhaib dan kukatakan kepadanya, “Berangkatlah dan bergabunglah dengan Amirul Mukminin!” Ketika Umar tertimpa malapetaka —yang mengantarkan kepada wafatnya—, aku mendengar Shuhaib menangis seraya berkata, “Aduhai saudaraku, aduhai temanku.” Maka Umar berkata, “Hai Shuhaib, apakah engkau menangisi diriku, padahal Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya mayit itu benar-benar disiksa karena tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya’.” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya: Ketika Umar wafat, aku ceritakan hadis tersebut kepada Aisyah . Maka ia berkata, “Semoga Allah merahmati Umar. Tidak, demi Allah, Rasulullah tidak pernah mengatakan bahwa mayit benar-benar disiksa karena tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya, melainkan Rasulullah telah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah menambah siksa terhadap orang kafir karena tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya’.” Aisyah berkata, “Cukuplah bagi kalian ayat Al Qur’an yang menyatakan, ‘Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain’.” (Qs. Al An’aam [6]: 164) Ketika itu Ibnu Abbas berkata, “Allah-lah yang membuat (seseorang) tertawa dan menangis.” Ibnu Abu Mulaikah berkata, “Demi Allah, Ibnu Umar tidak mengatakan apapu.” 137